- Home>
- Islam dan kebudayaan jawa >
- Kisah Begawan Cipto Wening
Posted by : Fanila Salsabila
Sunday, 21 June 2015
BEGAWAN
CIPTO WENING
Dikisahkan
ada seorang raja raksasa yang bernama Prabu Niwatakawaca di Ima-imantaka yang
hendak meminang seorang bidadari Suralaya yaitu Dewi Supraba. Namun Hyang Indra
menolaknya sehingga Prabu Niwatakawaca murka dan berencana untuk menghancurkan
Kaendran (tempat Betara Indra). Bersamaan dengan kejadian itu, Raden Arjuna
sedang bertapa di bukit Indrakila dengan bergelar Begawan Mintaraga. Hyang
Indra merasa khawatir karena Arjuna akan dimintai bantuan untuk melawan seorang
raja raksasa yaitu Prabu Niwatakawaca yang sedang dalam perjalanan ke Kaendran.
Lalu Betara Indra meminta para bidadari untuk menggoda Arjuna agar Arjuna
mengurungkan niatnya. Tapi usaha para bidadari itu gagal, dan mereka malah
tergoda oleh pesona Arjuna.
Ternyata,
Mamangmurka (seorang raksasa sakti utusan Prabu Niwatakawaca) datang dengan
maksud ingin membinasakan Raden
Arjuna.Ketika tiba di pertapaan, Mamangmurka merusak semua yang ada di tempat
pertapaan. Arjuna yang mengetahui hal itu berkata kepada Mamangmurka dan
mengutuknya, “Tingkah lakumu ini seperti seekor babi hutan”. Wujud Mamangmurka
berubah menjadi babi hutan pada saat itu juga. Hyang Indra merubah wujudnya
menjadi seorang pendeta bernama Resi
Padya dan berhajat akan membunuh babi hutan itu. Ia kemudian menghujamkan anak
panahnya. Diwaktu bersamaan Arjuna juga menghujamkan anak panahnya dan
tertancap di tubuh babi tersebut.
Terjadilah
perselisihan antara Arjuna dan Resi Padya. Masing-masing dari mereka mengatakan
bahwa anak panah yang mengenai babi hutan itu adalah miliknya. Sebenarnya Hyang
Indra tetap merasa senang karena dengan kejadian itu, ia bisa meminta Arjuna
untuk membuktikan ucapanya dengan mengalahkan Prabu Niwatakawaca. Keinginan
Hyang Indrapun tercapai dan karena kekuatan Arjuna, binasalah Prabu
Niwatakawaca. Kemudian Arjuna diangkat menjadi seorang raja yang bergelar Prabu
Kariti di Kaendran selama satu hari semalam karena telah berhasil megalahkan
Prabu Niwatakawaca. Menurut para Dewa, satu hari di alam manusia itu sama dengan sebulan di Kaindran.