• Posted by : Fanila Salsabila Sunday 21 June 2015

    LAPORAN FIELD RESEARCH
    MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG

    Disusun Guna Memenuhi Tugas
    Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
    Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.Si.


    Disusun Oleh :

    Farda Naila Salsabila              ( 123411039)



    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
    SEMARANG
    2015

    I.                   PENDAHULUAN
    Museum Ronggowarsito memiliki banyak peninggalan yang menunjukkan keeksistensian Islam yang sudah muncul pada zaman dahulu dan keterikatannya dengan pelestarian budaya Jawa. Sehingga pada tanggal 10 Mei 2015, mahasiswa UIN Walisongo mengunjungi museum Ronggowarsito yang terletak di Jalan Abdulrahman Saleh No. 1 Semarang untuk melakukan field research. Agenda ini merupakan penugasan untuk Ujian Tengah Semester mata kuliah Islam dan Budaya Jawa.
    Pada makalah ini penulis akan memaparkan lima peninggalan di museum Ronggowarsito dan keterkaitannya dengan nilai Islam dan budaya Jawa.

    II.                RUMUSAN MASALAH
    A.    Bagaimana diskripsi nilai budaya Jawa dalam lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita?
    B.     Bagaimana nilai Islam dan budaya Jawa dalam lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita?

    III.             PEMBAHASAN
    A.    Diskripsi Nilai Budaya Jawa dalam lima Aspek Peninggalan di Museum Ranggawarsita.
    1.      Mimbar Khutbah Masjid Ki Ageng Selo
    Mimbar Khutbah Masjid Ki Ageng Selo (asal: Grobogan) ini merupakan sebuah pemberian dari keraton Kasunanan Surakarta. Mimbar ini terbuat dari bahan dasar kayu yang dihiasi oleh ukiran indah. Keraton Surakarta membangun masjid dan memberi mimbar khutbah dikompleks pemakaman Ki Ageng Selo sebagai wujud dari rasa penghormatan terhadap leluhurnya,. Peristiwa tersebut tercatat dalam sebuah prasasti yang bertuliskan arab pegon pada sekitar abad ke 17. Lambang kebesaran keraton Surakarta terukir pula di bagian atas mimbar. Mimbar ini digunakan oleh khotib ketika membacakan khutbah. Mimbar ini dihiasi dengan ukiran Jawa karena sudah terpengaruh oleh adat Jawa.
    2.      Ornamen Masjid Mantingan
    Ornemen dari Masjid Mantingan (Jepara) ini berukirkan sulur-sulur daun, bunga teratai dan motif gajah yang tercetak sangat halus pada sejenis batuan kapur yang keras. Konon hiasan-hiasan tersebut dibuat sendiri oleh Patih Sungging Badar Duwung, pembantu Sultan Haldirin, yang pada saat itu terkenal dengan kemampuan memahatnya. Sungging Badar Duwung, juga selalu dikait kaitkan dengan kemasyhuran para pematung dan pengukir di Jepara.
    Masjid Mantingan telah beberapa kali mengalami pemugaran, Ornamen yang jumlahnya begitu banyak ditemukan selama pemugaran tersebut, beberapa di antaranya dipasang di tembok serambi masjid. Sedangkan yang lainya disimpan di gudang milik masjid, di Museum Kartini Jepara dan sebagian lagi tersimpan di Museum Ronggowarsito Semarang, Jawa Tengah.
    Motif-motif ornamen ini menggambarkan budaya hindu masih kental mewarnai perkembangan budaya masyarakat pada saat itu.

    3.      Jambangan
    Jambangan ini berasal dari Lasem, Rembang. Jambangan terbuat dari tanah liat dan berbentuk seperti pot bunga berukuran besar dengan hiasan bagian atas yang bergelombang. Jambangan mempunyai fungsi sebagai wadah air yang digunakan untuk bersuci ketika akan memasuki makam Nyi Ageng Maloka. Beliau merupakan tokoh penting sebagai penyebar agama islam di Rembang. Berdasarkan tipe nisannya yang terdapat di Troloyo, diperkirakan makam tersebut berasal dari abad XV Masehi.

    4.      Masjid Demak
    Masjid Demak terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak. Pendiri masjid ini adalah Raden Patah (raja pertama dari kesultanan Demak) bersama para wali yang menyebarkan agama islam di tanah Jawa yang disebut dengan walisongo. Masjid ini didirikan pada tahun 1399 Saka (1477 M), sedangkan pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun 1401 Saka yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479 M.
    Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga.
    Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara.
    Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki.Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.
    Selain itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

    5.      Menara Masjid Kudus
    Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 m dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang dibuat sekitar tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).
    Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya, penggunaan material batu bata juga dipasang tanpa perekat semen. Selain itu, teknik konstruksi tradisional Jawa bisa dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug. Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.

    B.     Nilai Islam dan budaya Jawa dalam lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita.
    Jika melihat dari diskripsi lima peningglan yang sudah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, semua  peninggalan memiliki nilai islam dan corak kebudayaan Jawa. Para tokoh yang telah berjasa tersebut meninggalkan warisan peninggalan berupa akulturasi Islam dan Jawa. Misalnya dibuktikan dengan Mimbar Khutbah Masjid Ki Ageng Selo, Mimbar ini dihiasi dengan ukiran Jawa karena sudah terpengaruh oleh adat Jawa, dan tentunya mempunyai nilai keislaman karena mimbar ini digunakan khotib saat membacakan khutbah.
    Kemudian menara kudus juga memiliki nilai islam dan budaya Jawa. Hal ini bisa dilihat dari arsitekturnya yang masih merujuk pada unsur Jawa-Hindu, namun esensinya menara kudus juga membawa nilai keislaman. Begitu juga dengan Masjid Agung Demak yang membawa nilai islam, yang dibuktikan dari filosofi bangunan-bangunannya yang mengandung unsur keislaman seperti rukun islam dan rukun iman.

    IV.             KESIMPULAN
    Koleksi peninggalan yang terdapat di museum Ronggowarsita seperti Mimbar Khutbah Masjid Ki Ageng Selo, Ornamen Masjid Mantingan, Jambangan, Masjid Demak dan Menara Masjid Kudus mempunyai nilai Islam dan budaya Jawa yang bisa dibuktikan dari keterkaitan antara fungsi, filosofi dan keunikan bangunan atau bentuk benda yang masih terpengaruh unsur atau tradisi kebudayaan Jawa.

    V.                PENUTUP
    Demikian laporan field research tentang lima aspek peninggala di Museum Ronggowarsito Semarang. Semoga laporan ini bisa memberikan sumbangan bagi pengembangan Islam dan Budaya Jawa, serta bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Farda Naila Salsabila

    Farda Naila Salsabila - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan